Jumat, 23 Desember 2011

Love Story






Aku mencintaimu suamiku

Cerita ini adalah kisah nyata… dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.
Bacalah, semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua.
(semoga menjadi pengingat bagiku, ketika ku sudah melangkah ke dalam kehidupan baru)


***


Cinta itu butuh kesabaran…

Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???

Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita..


Aku menjadi perempuan yg paling bahagia…..


Pernikahan kami sederhana namun meriah…..


Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.


Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.


Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.


Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu..


Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci….
                                                

Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku.


Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.


***


Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami.


Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.


Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku…


Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.


Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku…


Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka…


Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.


Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.


Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku.


Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.


Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, "Assalammu’alaikum” dan mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup.


Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata "Assalammu’alaikum”, ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.


Lalu.. Ibu nya berbicara denganku …


"Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri”.


Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.


Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.


Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, ”lebih baik kau pulang saja, ada

kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ”


Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya Salah ataupun Tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.


Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.


***


Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.


Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru saja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.


Aku bertanya, ”Ada apa kamu memanggilku?”


Ia berkata, ”Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang”


Aku menjawab, ”Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?”


"Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku”, jawabnya tegas.


"Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?", tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.


”Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti”, jawabnya tegas.


”Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?”, lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.


Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.


Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama Suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena Suamiku sangat sayang padaku.


Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.


Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.


Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.


Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.


Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku.


Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.


Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.


***


Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang.


Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.


Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..


Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku.


Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, "kapankah ia segera pulang?” aku tak tahu.

Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku..


Lebih baik aku tutupi dulu tentang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.


Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung…


Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk.


Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.


Ia menulis, "aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi”.


Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah.


Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini.


Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami.


Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..


Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..


Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.


Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at.


***


Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.


Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?


Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuaku dan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, "Loe pikir aja sendiri!!!”. Telpon pun langsung terputus.


Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.


Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah..


Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang.


Aku hanya berdo’a semoga suamiku sadar akan prilakunya.

Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.


Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.


Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.


Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamiku memanggilku.


"Ya, ada apa Yah!” sahutku dengan memanggil nama kesayangannya "Ayah”.


"Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.” Jawabnya tegas.


"Ada apa? Mengapa?”, sahutku penuh dengan keheranan.


Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.


Dia mengatakan ”Kau ikut saja jangan banyak tanya!!”


Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.


Lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.


Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..


***


Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini..


Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya.


Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir, tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.


Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.


Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.


"Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha”. Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.


”Ada apa ya Nek?” sahutku dengan penuh tanya..


Nenek pun menjawab, "Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!".


Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?


"Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.” Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.


Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.


"Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya”, neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.


Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.


Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, "kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?"


MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..


Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau

kayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.


"Fish, jawab!.” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.


Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.


Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah.


‘’Untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami..”


Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.


Aku lalu bertanya kepada suamiku, "Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?”


Suamiku menjawab, ”Dia Desi!”


Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, ”Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?.”


Ayah mertuaku menjawab, "Pernikahannya 2 minggu lagi.”


”Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok”, setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.


Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku..


Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?


Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, "sudah tidak cantikkah aku ini?"


Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.


Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu.


Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, "terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?.”


Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo.


Dalam hatiku bertanya, "mengapa ia sangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, "sudah malam, kita istirahat yuk!"


"Aku sholat isya dulu baru aku tidur”, jawabku tenang.


Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.


Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu..Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.


Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku

save di mydocument yang bertitle "Aku Mencintaimu Suamiku.”


Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.


"Apakah kamu sudah siap?”


Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :


"Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..”, perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.


Tiba-tiba suamiku menjawab "Lalu apa Bunda?”


Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar…


"Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?”, pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.


Dia mengangguk dan berkata, ”Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”, sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.


Dia tersenyum sambil berkata, ”Kita lihat saja nanti ya!”. Dia memelukku dan berkata, "bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama”..


Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, "Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.” Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, ”Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah”.


Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis.


Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan ia bertanya, ”bunda baik-baik saja kan?” tanyanya dengan penuh khawatir.


Aku pun menjawab, "bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang". Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.


Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, "Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku.


Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku.. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat.


Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis.


Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini?


Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.


Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana.


Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.


"Kamu datang ke sini, aku pun tahu”, ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, "maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku”


Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..


Suamiku berbisik, "Bunda kok kurus?”


Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.


Aku pun berkata, "Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi?”


”Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.” Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.


Lalu suamiku berkata, ”Bun, Ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat "seperti itu” dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip ("seperti itu”). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda..”


Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.


Aku hanya menjawab, "Aku sudah ceritakan itu kan Yah.. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah.. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu.."


Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.


Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.

Keesokan harinya…


Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.


Aku pun dilarikan ke rumah sakit..


Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..


Aku merasakan tanganku basah..


Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.


Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, ”Bunda, Ayah minta maaf…”


Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?


Aku berkata dengan suara yang lirih, ”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..”


"Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.”


Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.


Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.


Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..


Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..


Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.


Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.


Untuk Ibu mertuaku : "Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu. Ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami.

Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma?

Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma?

Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku.. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya..”

Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.


==========================
===========================




Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?


Aku dihina oleh mereka ayah..


Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?


Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..


Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah ?


Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..


Aku diusir dari rumah sakit.


Aku tak boleh merawat suamiku.


Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.


Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.


Aku sangat marah..


Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan

ibunya..


Aku tak mau sakit hati lagi..


Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..


Engkau Maha Adil..


Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..


Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..


Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..


Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..


Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..


Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..


Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu. Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui, tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku. Aku harus sadar diri.


Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu..


Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?


Ayah.. aku masih tak rela..


Tapi aku harus ikhlas menerimanya.


Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya. Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku. Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir. Sebelum ajal ini menjemputku.


''Ayah.. aku kangen Ayah..''


================================================== ===





’’Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..


Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.


Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.’’


Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur..


Bunda akan selalu hidup dihati ayah..


Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah..


Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.


Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu..


Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin Ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus..


Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..


Bunda.. kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui..


Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..


Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang..


’’Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka.

Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja..


Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?


Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?

Tunggulah Ayah disana Bunda..

Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..

’’Ayah Sayang Bunda…."...

Izinkan aku menyayangimu

sebuah kisah 



Selama tiga tahun, 
fatimah memperdalam ilmu agama dan belajar mengaji pada seorang ulama besar.Setelah ia keluar dari pondok pesantren,fatimah tumbuh sebagai gadis cantik yg sholihah yg cantik.ia pun kembali memasuki kehidupan diluar.Orang orang memandangnya tak ubahnya seperti bunga MAWAR putih yang tumbuh,diantara rumput ilalang.





Semua lelaki memujanya.percampuran ...darah indonesia dan tionghoa, yg... ada didalam tubuhnya,membuat ia seperti sebuah lukisan klasik yang nyata dan hidup. Ia seperti bidadari.




Ulama ulama dari seberang pulau, seringkali datang melamar fatimah. Bahkan tak jarang sahabat ayahnya mencoba melamar fatiah untuk anaknya.Tetapi ayah fatimah yg memiliki hati yang teduh itu,menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada anaknya.Tetapi fatimah sebagai anak yg sholihah,fatimah justru menyerahkan hal itu pada ayahnya,menurutnya ayahnya tahu yg terbaik baginya.

Fatimah sangat mengagumi ayahnya karena dia adalah lelaki pertama yg dikenal dalam hidupnya. Seorang lelaki yg bertanggung jawab,selalu tersenyum meski dalam keadaan marahnya pun,ia adalah lelaki yg selalu mengutamkan ibadah kepada Allah. Bahkan fatimah seringkali berucap” Jika Allah mendatangkan seseorang yang menemani hidup ku, biarlah ia seperti ayahku...”



Tanpa sepengatahua fatimah,ternyata sang ayah diam diam telah menjodohkannya dengan anak seorang ulama terkenal yg merupakan sahabat baiknyaFatimah tak percaya saat ayahnya menyampaikan maksud perjodohan itu karena ia tahu betul bagaimana akhlaknya pemuda itu,sang pemuda terkenal gemar sekali melakukan kemaksiatan,seperti : JUDI,MABUK2an,begadang,bahkan sholatpun tak pernah ia lakukan...bahkan dikampungnya sang pemuda mendapat julukan THE GOD OF GAMBLER...naudzubillah.



Hari hari ia lalui dengan bersujud pada ALLAH,ia memohon petunjuk pada Allah agar diberikan yg terbaik,ia yakin bahwa ALLAH akan membantunya,karena ia tak berani menolak tawaran dar i ayahnya,meskipun pada saat saat itu seringkali di hantui mimpi2 buruk,dan itu yg membuatnya resah dan gelisah yg mebuat ia semakin bingung,karena ia punya prinsip “Tujuan hidup ku adalah membahagiakan ayahku apapun keputusannya jd bagaiman aku menolaknya???”



Akhirnya,ia memutuskan untuk menerimanya,dan hari yg dikhawatirkannya itu tiba juga.Dan ia sempat pinsan saat hari pernikahan itu,ia gak percaya bahwa akad itu telah terjadi.Namun keresahan itu juga terjadi pada ikhsan(nama sang pemuda tersebut) saat akad nikah, dadanya bergetar hebat. Ia tak kuasa memandang pesona yang dimilki fatimah “ Benarkah aku layak menjadi suaminya??Fatimah terlalu baik untuk ku!!Sedangkan aku??tak ada satupun yg bisa aku banggakan dariku!!aku peminum!!aku penjudi!!apakah ini NYATA????

Ditengah malam,tanpa sepengathuan fatimah dia melakukan sesuatu yang tak pernah ial lakukan,yaitu SHALAT!!



dalam shalatnya ia bersujud panjang dan bersyukur tak habisnya atas karunia yg telah diberikan Allah meski maksiat kerap kali dilakukannya,dalam sujud panjangnya dia selalu berdoa


“Ya Allah,kasihanilah aku,ampunilah aku,bantulah aku...Ya allah apakah betul Zamrud bitu na indah itu untukku??”




Waktu berlalu dengan DO’A dan KESUNGGUHAnnya,sehingga hari hari berganti dengan sebuah perubahan yg dahsyat,kini ikhsan telah berubah ia telah meninggalkan kebiasaan buruknya itu.Gadis nan indah itu telah merubah pandangannya tentang hidup hingga ia mampu meninggalkannya.Hingga pada suatu malam fatimah menyaksika peristiwa yang menggetarkan jiwanya..




Saat itu fatimah bangun malam hendak melaksankan shalat tahajud, namun saat ia memakai mukena ia mendengar suara orang yg mengendap2 di ruangan tamu,saat ia intip dr kamarnya tenyata sang suaminya hendak meninggalkan rumah,fatimah tak berani mencegahnya ia hanya mampu mengintip,



namun pikirannya mulai berpikir yg tak baik ttg suaminya ia khawatir suaminya kembali ke kebiasaannya yg buruk dulu hingga ia berani keluar malam lagi.Ketika suaminya sudah mulai menjauh akhirnya ia mengikutinya dr belakang,ternyata sang suami masuk kesebuah masjid.



Fatimah tak percaya atas apa yg di saksikannya


,ia melihat suaminya berdoa dengan meratap dan menangis kepada ALLAH 



Ya allah aku bersyukur pada MU telah engkau karunikan,seorang perempuan yg cantik,baik dan shalihah.setiap hari ia berbakti kepada ku,menyiapkan segalanya untuku,mencucikan bajuku,memasak untuku,menimba ar untukku,membacakan kalam Mu untuk menyadarkanku dari khilaf ku pada MU. Tetapi hamba belum menyentuhnya


ya ALLAH,hamba tak pantas melakukan itu semua. Dan aku tau itu membuatnya terluka.Hidupku terlalu pekat oleh dosa dosa padaMU dimasa lalu ku.Tetapi engkau memberikan hadiah yg sangat besar untuk hiup ku. Kehadiran fatimah disamping ku adalah karunia terbesar dari MU untukku. Maka dari itu ya ALLAH,


fatimah tetap bersemi INDAH,bercahaya setiap waktu, damai dalam munajatnya kepadaMU setiap waktu.Aku mohon ya Allah,siapkan seorang suami yg setara dengannya. Dan engkau pasti tak mau melukai hambaMU fatimah dengan membuatnya tersiksa bersuamikan hamba. Kabulkanlah ya ALLAH..



Mendengar itu,fatimah bergetar hebat ia menangis dan bersujud didepan pintu masjid ‘Akulah yg berdosa,akulah yang berdosa, aku telah menyipan pikiran buruk bagi hambaMU yang mulia,yang telah KAU tunjuk menjadi suamiku. Ampunilah hamba ya ALLAh,Bisikan kedalam hati lelaki itu, bahwa aku mohon maaf ,dan betapa aku mengagumi dan mencintainya. Ya allah izinkanlah ia menjadi suami ku selama2nya.




Isak tangis yg ditahannya sejak tadi kini meledaknya.Memecah keheningan, sambil menangis ia mrangkak menghampiri suaminya. Ikhsan terperangah “apakah fatimah mendengar doaku??” pikirnya.dan kini ia semakin tak dapat menggerakan seluruh sendinya, karena fatimah telah berada dihadapannya,dan memluk erat tubuhnya. Ia tak percaya,sungguh tak percaya!!




Tangannya bergetar,saat pertama kalinya membelai kepala istrinya,hati dan matanyapun kini semakin basah.




“Kakak,jangan tinggalkan fatimah!mengapa kaka berniat seperti itu??Aku adalah istrimu kak,selamanya tetap menjadi istrimu!jangan berpikir seperti itu,tersendat suaranya menahan isakan tangis.


“kumohon jadilah suami!Kumohon maafkanlah aku selama ini, telah berfikir buruk padamu. Aku mencintaimu kak”


Perlahan lahan ikhsan memeluk dengan lembut istrinya dengan segenap cinta,dan dengan lirih ia berucap,”Ya allah,engkau datangkan lagi karunia yg BESAR untuk hambamu ini,alhamdulillah”


SUNGGUH BESAR KARUNIA MU YA ALLAH,,,


Andai kau ijinkan
Walau sekejap memandang
Kubuktikan kepadamu
Aku meiliki rasa

Cinta yang kupendam
Tak sempat aku nyatakan
Karena kau telah memilih
Menutup pintu hatimu

Ijinkan aku membuktikan
Inilah kesungguhan rasa
Ijinkan aku menyayangimu

Sayangku oh
Dengarkanlah isi hatiku
Cintaku oh
Dengarkanlah isi hatiku

Bila cinta tak menyatukan kita
Bila kita tak mungkin bersama
Izinkan Aku tetap menyayangimu

Aku sayang padamu
Izinkan aku membuktikan 

ISTANA UMAR BIN KHATTAB

Dikisahkan pada suatu hari nampak seorang Yahudi dari Mesir baru saja tiba di Pusat Pemerintahan Islam di Madinah, kemudian dia bertanya kepada seorang lelaki : " Dimanakah istana raja negeri ini?".

"Lepas Dzuhur nanti beliau akan berada di tempat istirahatnya di depan masjid, dekat batang kurma itu," jawab lelaki yang ditanya.

Dalam benak si Yahudi Mesir itu terbayang keindahan istana khalifah. Apalagi umat Islam sedang di puncak jayanya. Tentu bangunan kerajaannya pastilah sebuah bangunan yang megah dengan dihiasi kebun kurma yang rindang tempat berteduh khalifah.

Namun lelaki itu tidak mendapati dalam kenyataan bangunan yang ada dalam benaknya itu. Dia jadi bingung dibuatnya, sebab di tempat yang ditunjuk oleh lelaki yang ditanya tadi tidak ada bangunan megah yang mirip istana. Memang di situ ada pohon kurma, tetapi hanya sebatang dan di bawah pohon kurma itu tampak seorang lelaki bertubuh tinggi besar memakai jubah kusam. Lelaki berjubah kusam itu tampak tidur-tiduran ayam atau mungkin juga sedang berdzikir. Yahudi itu tidak punya pilihan selain mendekati lelaki yang bersender di bawah sebatang pohon kurma.

Orang Yahudi itu lalu bertanya : " Maaf, saya ingin bertemu dengan Umar bin Khattab ". 

Lelaki yang ditanya bangkit dan menjawab : " Akulah Umar bin Khattab ".

Orang Yahudi itu terbengong-bengong dan untuk menegaskannya dia bertanya lagi : " Maksud saya Umar yang khalifah, pemimpin negeri ini ".

" Ya, akulah khalifah pemimpin negeri ini ". kata Umar bin Khattab tidak kalah tegas.

Mulut orang Yahudi itu seakan terkunci dan sangat takjub. Jelas semua itu jauh dari bayangannya dan jauh sekali kalau dibandingkan dengan para rahib Yahudi yang hidupnya serba mewah. Itu baru kelas rahib, apalagi kalau dibandingkan dengan gaya hidup rajanya yang sudah jamak hidup dengan istana serba gemerlap.

Sungguh sama sekali tidak terlintas di benaknya, masih ada seorang pemimpin yang kaumnya tengah berjaya, tapi dia tempat istirahatnya hanya dengan menggelar selembar tikar di bawah pohon kurma beratapkan langit lagi.

"Di manakah istana Tuan?" tanya si Yahudi di antara rasa penasarannya.

Khalifah Umar bin Khattab menjawab sambil menunjukkan : " Kalau yang kau maksud kediamanku, maka dia ada di sudut jalan itu, bangunan nomor tiga dari yang terakhir."

" Yang itu? Bangunan yang kecil dan kusam itu?". Tanya orang Yahudi itu masih keheranan.

" Ya ! Namun itu bukan istanaku, sebab istanaku berada di dalam hati yang tentram dengan ibadah kepada Allah SWT ".
Orang Yahudi itu tertunduk dan hatinya yang semula panas oleh kemarahannya karena ditimbuni berbagai rasa tidak puas, kini mencair sudah. 

" Tuan, saksikanlah bahwa sejak hari ini saya yakini kebenaran agama Tuan dan ijinkanlah saya menjadi pemeluk Islam sampai mati ". Kata orang Yahudi itu. Tidak terasa matanya terasa hangat karena membendung air matanya dan akhirrnya satu-persatu tetes air matanya jatuh.

subhanallah

aku mencintaimu sahabat, mencintaimu karena ALLAH :)

HARI INI, pagi pagi sekali aku sudah sms ke 2 sahabatku sahabat terbaikku.
"Assalamu'alaikum. nonton hafalan shalat delisa yuk?"

yg sahabat 1 menjawab " maaf mbak, lah ada janji duluan"
yang sahabat 2 menjawab yg jwabannya itu dak nyambung dgn pertanyaanku. hahaha, memang begini sifatnya. selalu seperti ini :)

dan alhamdulillah sahabat kedua bisa nonton. dia pun menemaniku hari ini, kami naik transmusi ke pim. BERDUA. hehehe, sudah lama kalau dihitung hitung kami dak jalan berdua karena kesibukan kami masing2 di kelas 3 ini. Di transmusi dia mengantuk, dia bersandar dibahuku. kalian tahu, ini adalah saat yang paling menyenangkan bagiku. ingin ku katakan padanya " aku sangat mencintai ukhti, sangat ", hmm, aku sudah sering mengatakannya dengan guyonan " aku mencintaimu mbak", dan saat rihlah itu, saat aku berpelukan erat dengan dirinya, saat itulah aku mengucapkan terima kasih atas kesediaanya menemaniku selama ini, dan akhirnya terucap kata " aku mencintaimu mbak karena ALLAH ". ah itu masa masa indah. :)

saat itu hafalan shalat delisa dimulai jam 12, aku menyuruhnya untuk shalat dzuhur dulu, biarlah telat, asalkan tak telat ketika menghadap ALLAH yang telah mempererat uhuwah kami ini. dia mengatakan,
" maaf mbak, gara gara aku lama shalat, kita jadi telat nonton"
aku : "yaa mbak, mbak nndra sudah tau kalau ngajak kamu yaaaa gini resikonya" hehehehehe. :D

banyak cerita indah antara aku dan dirinya. Sahabatku yang kedua ini sangat tau betul bagaimana aku dan sebaliknya. kami punya satu rahasia yang hanya kami bertiga yang tahu, aku dia dan ALLAH :)

ia sama sekali tak pernah menyinggungku sedikitpun tentang rahasiaku ini, karena aku pernah memintanya  "mbak, jangan disinggung singgung lagi ya soal kemarin. hehe. lupakan saja " :P

dia pernah bertanya : "bagaimana kita bisa sedekat ini mbak? "
hehehe, yaa itu sudah takdir ALLAH ukhti, aku pun bahagia bersamamu.

aku ingat saat dia menginap dirumahku dan bertepatan dengan hari ultahnya.
aku mngerjainya hari itu, dan tenyata berhasil ! :p
hahaha, dia tidak menyangka ketika masuk ke kamarku,
dengan lampu dimatikan, ada lilin yang menyala di atas kue.
kalian tahu???
setelah itu dia sibuk mengetik sms di hpnya, entah untuk siapa.
yang pasti saat itu suasana kamar menjadi sunyi senyap.
aku dan dia sama sama diam.
hp.ku berdering, dan ternyata itu sms darinya.
kurang lebih isinya seoerti ini " terimakasih mbak untuk semuanya. jazakillah khoir. aku mungkin tidak akan bisa membuat kejutan seperti mbak ini. Gracias :) "

hehe.

inti dari semua ini ialah UKHUWAH ISLAMIYAH.
Meskipun terkadang aku sering menghayal tentang masa jahiliyahku dulu, tapi saat aku terkenang dirinya, semua berubah. lalu aku bergumam di dalam hati "ALLAH telah memberikan yang terbaik sebagai penggati teman temanku saat jahiliyah dulu. Sangat baik"


yang apabila aku menatap matanya, selalu mengingatkanku kepada surga.
yang apabila aku berada disamping, tak ada yang dapat kurasakan selain kebahagiaan.


AKU MENCINTAIMU, SANGAT MENCINTAIMU UKHTI. FILLAH :)

*untukmu yang tak usah disebutkan namaya. cukup bertuliskan kata

Senin, 21 November 2011

Ya AKHI, Haruskah AKU yang meMINANGmu ?


Ya AKHI, Haruskah AKU yang meMINANGmu ?





Sobat, jika melihat judul maka apa yang bisa kita simpulkan? Ya, betul.. ini adalah untaian kata hati yang ingin disampaikan oleh seorang muslimah, seorang akhwat untuk seorang ikhwan, yang ia dambakan kelak akan menjadi qiyadahnya. Namun yang sering terjadi adalah seperti kisah ini,
***
Kisah ini terjadi di beijing Cina, seorang gadis bernama Yo Yi Mei memiliki cinta terpendam terhadap teman karibnya di masa sekolah. Namun ia tidak pernah mengungkapkannya, ia hanya selalu menyimpan di dalam hati dan berharap temannya bisa mengetahuinya sendiri. Tapi sayang temannya tak pernah mengetahuinya, hanya menganggapnya sebagai sahabat, tak lebih.
Suatu hari Yo Yi Mei mendengar bahwa sahabatnya akan segera menikah hatinya sesak, tapi ia tersenyum “Aku harap kau bahagia“. Sepanjang hari Yo Yi Mei bersedih, ia menjadi tidak ada semangat hidup, tapi dia selalu mendoakan kebahagiaan sahabatnya
12 Juli 1994 sahabatnya memberikan contoh undangan pernikahan yang akan segera dicetak kepada Yi mei, ia berharap Yi Mei akan datang, sahabatnya melihat Yi Mei yang menjadi sangat kurus & tidak ceria bertanya “Apa yang terjadi dengamu, kau ada masalah? Yi mei tersenyum semanis mungkin ” Kau salah lihat, aku tak punya masalah apa-apa, wah contoh undanganya bagus, tapi aku lebih setuju jika kau pilih warna merah muda, lebih lembut..” Ia mengomentari rencana undangan sahabatnya tesebut. Sahabatnya tersenyum “Oh ya, ummm aku akan menggantinya, terimakasih atas sarannya Mei, aku harus pergi menemui calon istriku, hari ini kami ada rencana melihat-lihat perabotan rumah.. daag!“. Yi Mei tersenyum, melambaikan tangan, hatinya yang sakit.
18 Juli 1994 Yi Mei terbaring di rumah sakit, ia mengalami koma, Yi Mei mengidap kanker darah stadium akhir. Kecil harapan Yi Mei untuk hidup, semua organnya yang berfungsi hanya pendengaran, dan otaknya, yang lain bisa dikatakan “mati“ dan semuanya memiliki alat bantu, hanya mujizat yang bisa menyembuhkannya. Sahabatnya setiap hari menjenguknya, menunggunya, bahkan ia menunda pernikahannya. Baginya Yi Mei adalah tamu penting dalam pernikahannya. Keluaga Yi Mei sendiri setuju memberikan “suntik mati“ untuk Yi Mei karena tak tahan melihat penderitaan Yi Mei.
10 Desember 1994 Semua keluarga setuju besok 11 Desember 1994 Yi Mei akan disuntik mati dan semua sudah ikhlas, hanya sahabat Yi Mei yang mohon diberi kesempatan berbicara yang terakhir, sahabatnya menatap Yi Mei yang dulu selalu bersama. Ia mendekat berbisik di telinga Yi Mei “Mei apa kau ingat waktu kita mencari belalang, menangkap kupu kupu? Kau tahu, aku tak pernah lupa hal itu, dan apa kau ingat waktu di sekolah waktu kita dihukum bersama gara-gara kita datang terlambat, kita langganan kena hukum ya? “
“Apa kau ingat juga waktu aku mengejekmu, kau terjatuh di lumpur saat kau ikut lomba lari, kau marah dan mendorongku hingga aku pun kotor? Apakah kau ingat aku selalu mengerjakan PR di rumahmu? Aku tak pernah melupakan hal itu..“
“Mei, aku ingin kau sembuh, aku ingin kau bisa tersenyum seperti dulu, aku sangat suka lesung pipitmu yang manis, kau tega meninggalkan sahabatmu ini ?” Tanpa sadar sahabat Yi Mei menangis, air matanya menetes membasahi wajah Yi Mei
“ Mei.. kau tahu, kau sangat berarti untukku, aku tak setuju kau disuntik mati, rasanya aku ingin membawamu kabur dari rumah sakit ini, aku ingin kau hidup, kau tahu kenapa? Karena aku sangat mencintaimu, aku takut mengungkapkan padamu, takut kau menolakku “
“Meskipun aku tahu kau tidak mencintaiku, aku tetap ingin kau hidup, aku ingin kau hidup, Mei tolonglah, dengarkan aku Mei.. bangunlah..!!“ Sahabatnya menangis, ia menggengam kuat tangan Yi Mei. “Aku selalu berdoa Mei, aku harap Tuhan berikan keajaiban buatku, Yi Mei sembuh, sembuh total. Aku percaya, bahkan kau tahu? Aku puasa agar doaku semakin didengar Tuhan“
“Mei aku tak kuat besok melihat pemakamanmu, kau jahat..!! Kau sudah tak mencintaiku, sekarang kau mau pergi, aku sangat mencintaimu.. Aku menikah hanya ingin membuat dirimu tidak lagi dibayang-bayangi diriku sehingga kau bisa mencari pria yang selalu kau impikan, hanya itu Mei..“
“Seandainya saja kau bilang kau mencintaiku, aku akan membatalkan pernikahanku, aku tak peduli.. tapi itu tak mungkin, kau bahkan mau pergi dariku sebagai sahabat“
Sahabat Yi mei mengecup pelan dahi Yi Mei, ia berbisik ”Aku sayang kamu, aku mencintaimu” suaranya terdengar parau karena tangisan. Dan apa yang terjadi? Its amazing!! 7 jam setelah itu dokter menemukan tanda-tanda kehidupan dalam diri Yi Mei, jari tangan Yi Mei bisa bergerak, jantungnya, paru-parunya, organ tubuhnya bekerja, sungguh sebuah keajaiban!! Pihak medis menghubungi keluarga Yi Mei dan memberitahukan keajaiban yang terjadi. Dan sebuah mujizat lagi, masa koma lewat, pada tgl 11 Des 1994.
14 Des 1994, saat Yi Mei bisa membuka mata dan berbicara, sahabatnya ada disana, ia memeluk Yi Mei menangis bahagia, dokter sangat kagum akan keajaiban yang terjadi.“ Aku senang kau bisa bangun, kau sahabatku terbaik“ sahabatnya memeluk erat Yi Mei
Yi Mei tersenyum “Kau yang memintaku bangun, kau bilang kau mencintaiku, tahukah kau aku selalu mendengar kata-kata itu, aku berpikir aku harus berjuang untuk hidup“, “Lei, aku mohon jangan tinggalkan aku ya, aku sangat mencintaimu” Lei memeluk Yi Mei “Aku sangat mencintaimu juga“
17 Februari 1995 Yi Mei & Lei menikah, hidup bahagia dan sampai dengan saat ini pasangan ini memiliki 1 orang anak laki laki yang telah berusia 14 tahun. Kisah ini sempat menggemparkan Beijing.
***
Sobat,  jelas cerita di atas sangat jauh dari apa yang diwasiatkan oleh Rasulullah kepada kita dalam mencari pasangan, dalam mencari pendamping hidup. Lalu apa hikmahnya?
Komunikasi dan asumsi. Inilah yang ingin kami sampaikan. Betapa banyak orang menyesal hanya karena dua hal ini. Dan ini banyak sekali terjadi di kalangan ikhwan dan akhwat. Setiap kita insyaAllah tentu saja pernah merasakan ketertarikan kepada lawan jenis. Dan ini adalah fitrah manusia yang diciptakan berpasang-pasangan. Tapi tak jarang dari kita, menciptakan banyak pagar, banyak dinding, untuk mendapatkan pasangan yang kita dambakan tersebut.
Jujur saja, Antum saat ini tertarik dengan siapa? Hayu ngaku.. Apa yang antum pikirkan tentangnya? Apa dia mau sama ana yang seperti ini dan seperti itu (yang jelas bukan seperti Batman ataupun Spiderman..)? Dia pasti sudah ada yang khitbah? Jangan-jangan dia sudah punya? Jangan-jangan dia nanti menolak? Jangan-jangan..
Ya, semakin banyak “jangan-jangan”. Itulah asumsi-asumsi yang terus kita bangun tanpa sadar. Asumsi inilah yang kemudian menghambat untuk menciptakan sebuah komunikasi, tentu saja komunikasi yang sesuai syari’at (Kalo ini tergantung seberapa jauh pemahaman masing-masing).
Yaa Akhi.. Klo masalahnya adalah Antum takut ditolak, takut tidak diterima? Jangan khawatir, Abu Bakar (orang paling mulia setelah Nabi) akan menjadi teman yang senasib dalam hal ini. Tak tanggung-tanggung, yang menolak adalah Rasulullah sendiri. Masih takut? Umar bin Khattab juga ditolak oleh Rasulullah untuk mendapatkan wanita yang sama dengan yang diinginkan oleh Abu Bakar, yaitu Fatimah binti Muhammad.
Apakah kemudian Abu Bakar dan Umar bin Khattab derajatnya berkurang karena ditolak? Tidak Sobat.
Berperasangka baiklah, bahwa Antum juga bisa menjadi Ali bin Abi Tholib yang datang kepada Rasulullah untuk melamar putrinya. Dan ternyata Rasulullah dan Fatimah memang telah menunggu lama saat ini. Apa yang Rasulullah katakan saat Ali datang untuk ini? “Ahlan wa sahlan”. Inilah ungkapan orang Arab ketika menunggu kehadiran seseorang yang diharapkan. Dan Fatimah pun pernah menceritakan setelah mereka menikah, bahwa ia pernah jatuh hati pada seorang lelaki. Dan itu adalah Ali bin Abi Tholib. Seorang teman yang pernah bermain bersama sejak kecil. Bukankah Antum juga punya teman sejak SD, SMP, SMA, bahkan sampai Perguruan Tinggi? Mereka menunggu keberanianmu untuk menjemputnya Akhi..
Yaa Ukhti.. Antum harus sadar, bahwasanya di luar sana juga banyak yang menantimu. Hanya ketidakberanianlah (karena takut ditolak) yang menghalanginya. Semakin banyak kelebihan yang Antum miliki, semakin pula menjauhkan mereka dalam mendapatkanmu. Bukan karena apa-apa, tapi meraka semakin berasumsi bahwa mereka tidak pantas mendapatkanmu. Dalam masalah harta, mereka adalah seakan Ali bin Abi Tholib. Dalam hal rupa, mereka serasa jauh dari Yusuf.
Yaa Ukhti.. Apakah juga perasaan malu yang menghalangimu untuk menyampaikannya? Bukankah Khadijah yang menyampaikan lebih dulu keinginan untuk menikah dengan Muhammad? Dan tahukah, bahwa Muhammad saat itu juga merasa tidak pantas untuk Khadijah. Jikalau engkau juga ikut merasa malu jika ditolak, maka bacalah sejarah, berapa wanita yang ingin menikah dengan Rasulullah kemudian beliau tolak..
 Oleh: M. Kamari
Rumah Zakat – Regional Kasulpa

----------------------------------------------------------------------------------

Ukhti...
bukan suatu KEHINAAN jika kau meminang seorang ikhwan, namun ia menolakmu. yang dibutuhkan hanyalah kesabaran. Itu lebih baik daripada kau selalu memikirkan dirinya, dan itu akan membuat hatimu di lumuri dosa. Itu lebih baik daripada kau selalu menunggu dan tidak mendapatkan kepastian, dan ternyata kau menolak lelaki sholeh lain yang melamarmu, yang mungkin ia lebih baik dari yang kau tunggu. Itu lebih baik daripada kau terlanjur sakit hati ketika ia telah meminang seorang wanita dan kau berkata dalam hati "Seandainya, dia tahu bahwa aku mencintainya sejak lama...". AH manusia suka sekali menggunakan kata SEANDAINYA ! Tahukah bahwa itu adalah perkataan setan? 

Jagalah hatimu jua pandanganmu untuknya disana yang menunggumu...
cintai dirinya karena kesholehannya, bukan karena rupa terlebih karena harta.
kalau kata pak amron : Yang akhwat mulai dari sekarang sudah ada inceran yang mana mau dipilih jadi pendampingnya, jangan salah pilih ! (hmm... kayak pemilu)
eits. !
yang paling penting perbaikilah dirimu untuk "dia yang baik" yang menunggumu, dan ALHAMDULILLAH ternyata dialah yang kau tunggu sejak lama...
semoga kita mendapatkan lelaki sholeh ya ukhti :)
AAMIIN...

Sabtu, 05 Februari 2011

warna warni kehidupanku :)

Alhamdulillah, aku bersyukur kepada Sang Penciptaku, ALLAH AZZA WA'JALA,
yang tidak pernah berhenti mengaliriku dengan kenikmatan.
sungguh tak kan bisa terbalaskan,

Shalawat dan salam semoga tersampaikan kepada Nabi Muhammad SAW,
ALLAHUMMA SHALLI WASALIM WABARIK ALAIH.

warna warni kehidupanku :)

aku bagaikan papan tulis putih, yang selalu ada yang mewarnaiku.
dahulu, banyak yang melukiskan warna warna yang biasa, seperti : orange
saat itu, hanya 1 orang yang melukiskan warna hitamnya, namun tebal dan menutupi warna warna biasa lainnya.
sekarang, banyak yang memberikan warna cerah. seperti kuning dan hijau :)

warnan warni kehidupanku :)

DAHULU,
aku orang yang sangat biasa. tetapi lahir dari keluarga yang LUAR BIASA.
punya orang tua yang SANGAT LUAR BIASA.

SAAT ITU,
masa "saat itu" tak pernah terlupakan.
tak usahlah tersebutkan apa itu "saat itu",
tidak enak dirasa,
sakit bila diingat.
ada satu orang yang memberiku warna hitam, pekat, gelap !
dia mewarnai hampir setengah dari papan tulisku.

SEKARANG :) ,
warna warni cerah menghampiri.
Kuning, hijau, biru muda.. :)
betapa senangnya aku saat sekarang,
penuh keceriaan :)
warna hitam pun tidak lagi menjadi hitam pekat,
ia berubah menjadi warna hitam muda.

Dunia Nasyid pun ikut mempengaruhi,
aku mulai mengenal Nasyid yg saat kecil yg ku tahu hanyalah Raihan.
bila mendengar Nasyid, tenang sekali rasanya jiwa ini.

Dunia PMR, oh jelas mempengaruhi :)
di PMR lah aku mulai belajar kepemimpinan.
mengenal kebersamaan :)

ROHIS, oh ini sangat sangat berpengaruh. :))

tapi saat ini,
ada rasa yang mengganjal.
aku dibuat binggung olehnya,
Ingin aku berkata kepada mereka tentang apa yang kurasa,
rasa ini terus berulang ulang.

hingga sampai tadi siang tepatnya,
tepatnya di bawah pohon di DPR,
aku menulis....
saat saat seperti ini lah saatnya menulis,
di saat hati sedang bimbang, memang hanya menulis yang paling nikmat.
datanglah SAHABAT TERHEBATKU, INTAN MUHARNI :)
duduk di sampingku,
mendekat padaku.
sungguh sudah tak tertahankan, semua pun keluar.
aku menyuruhnya untuk duduk di depanku,
dan alhamdulillah keluar..
semua keluar,
kepalaku menyentuh rok.nya,
sungguh aku tak ingin ada yang melihatku saat itu.
aku lakukan sebisa aku mampu,
dan akhirnya, lega... :)

semua tlah keluar, rasa itu keluar.
dan malam ini tak ada yang perlu dirasakan,
fokus belajar untuk masa depan,
untuk membanggakan kedua orang tua,
dan DEMI ALLAH & RASUL-NYA :)

dan intinya adalah hanya INTAN, warna warni kehidupanku.
yang menghapus warna hitam,
dan memberikan warna cerah terhadapku.

buat yang membaca blog ini, di mohon do'anya agar aku dan sahabat terhebatku ini bisa satu universitas lagi :)